1. Pendahuluan
Untuk dapat melakukan perutean, suatu router, atau entitas apapun yang membangun routing, melakukan beberapa langkah berikut ini:
- Mengetahui Alamat tujuan – Ke tujuan (alamat) mana sesuatu yang dirutekan dikirim?
- Mengenali sumber-sumber informasi perutean – Dari sumber-sumber (router-router lain) mana saja suatu router dapat mempelajari jalur-jalur menuju tujuan?
- Menemukan rute-rute – Jalur-jalur atau rute-rute mana saja yang mungkin dapat dilalui untuk mencapai alamat tujuan?
- Memilih jalur atau rute – Memilih jalur atau rute terbaik untuk menuju alamat tujuan yang dimaksud.
- Memelihara dan memverifikasi informasi routing – Apakah jalur-jalur ke tujuan yang telah diketahui masih berlaku dan benar?
Pada suatu sistem jaringan komputer, router mempelajari informasi routing dari sumber-sumber routing-nya yang terletak di dalam tabel routing (routing table). Router akan berpedoman pada tabel ini untuk menyatakan port mana yang digunakan mem-forward paket-paket yang ditujukan kepadanya.
- Jika jaringan tujuan terhubung langsung dengan router, maka router sudah mengetahui port mana yang digunakan untuk mem-forward paket.
- Jika jaringan tujuan tidak terhubung langsung dengan router, maka router harus mempelajari rute terbaik untuk mem-forward paket ke tujuan.
Informasi rute ini dapat dipelajari oleh router dalam dua metode, yaitu:
- Dimasukkan secara manual oleh administrator jaringan, disebut Static Routes.
- Dikumpulkan melalui proses-proses dinamis yang berjalan di jaringan, disebut sebagai Dynamic Routes.
2. Static Routing
Static route adalah rute-rute ke host atau jaringan tujuan yang dimasukkan secara manual oleh administrator jaringan ke route table suatu router. Static route mendefinisikan alamat IP hop router berikutnya dan interface lokal yang digunakan untuk mem-forward paket ke tujuan tertentu (hop router berikutnya).
Static route memiliki keunggulan untuk menghemat bandwidth jaringan karena static route tidak membangkitkan trafik route update untuk memberikan informasi perubahan rute yang berlaku (sah) saat ini ke router-router lain. Tetapi penggunaan static route cenderung membutuhkan waktu ekstra ketika memanajemen jaringan. Hal ini disebabkan karena sistem administrator harus secara manual meng-update route table ketika terjadi perubahan konfigurasi jaringan.
3. Distance Vector
Protokol distance vector bekerja dengan memberikan router-router kemampuan untuk mempublikasikan semua rute-rute yang diketahui (router bersangkutan) keluar ke seluruh interface yang dimilikinya.
Router yang secara fisik berada pada jaringan yang sama dinamakan neighbor. Jika router-router mempublikasikan rute-rute yang diketahuinya melalui seluruh interface-nya, dan seluruh neighbor menerima routing update, maka setiap router akan juga mengetahui rute-rute yang dapat dilalui ke seluruh subnet suatu jaringan.
Beberapa hal berikut ini akan lebih mempermudah memahami konsep dasar distance vector:
- Router secara otomatis akan menambahkan subnet-subnet yang terhubung langsung ke dalam routing table tanpa menggunakan protokol routing.
- Router mengirim routing update keluar ke seluruh interface-nya untuk memberitahu rute-rute yang telah diketahuinya.
- Router “memperhatikan” routing update yang berasal dari neighbor-nya, sehigga router bersangkutan dapat mempelajari rute-rute baru.
- Informasi routing berupa nomor subnet dan suatu metrik. Metrik mendefinisikan seberapa baik rute bersangkutan. Semakin kecil nilai metrik, semakin baik rute tersebut.
- Jika memungkinkan, router menggunakan broadcast dan multicast untuk mengirim routing update. Dengan menggunakan paket broadcast atau multicast, seluruh neighbor dalam suatu LAN dapat menerima informasi routing yang sama untuk sekali update.
- Jika suatu router mempelajari multirute untuk subnet yang sama, router akan memilih rute terbaik berdasarkan nilai metriknya.
- Router mengirim update secara periodik dan menunggu menerima update secara periodik dari router-router neighbor.
- Kegagalan menerima update dari neighbor pada jangka waktu tertentu akan menghasilkan pencabutan router yang semula dipelajari dari neighbor.
- Router berasumsi bahwa rute yang diumumkan oleh suatu router X, router next-hop dari rutenya adalah router X tersebut.
3. Fitur Distance Vector Loop-Avidance
3.1. Route Poisoning
Routing loop dapat terjadi pada protokol distance vector routing ketika router-router memberitahukan bahwa suatu rute berubah dari kondisi valid ke tidak valid. Konvergensi yang lambat akan mengakibatkan router neighbor terlambat mendapat pemberitahuan kondisi tersebut, sehingga router neighbor tetap menganggap rute tersebut valid (dengan hop 1). Ketika router neighbor mengirimkan pemberitahuan keluar ke suluruh interfacenya, router pertama (yang memberitahukan kegagalan hubungan) akan mendapat informasi bahwa hubungan yang tidak tidak valid tersebut dapat dicapai dari router neighbor dengan hop 2. Kedua router akan terus saling memberi informasi rute yang salah tersebut disertai dengan menaikkan informasi hop-nya.
Dengan Route poisoning, router tidak akan memberitahukan status tidak valid pada suatu rute yang gagal. Tetapi akan tetap memberikan informasi keadaan rute yang gagal dengan status valid. Rute tersebut akan diberi metrik yang sangat besar, sehingga router lain akan menganggap rute tersebut sebagai rute yang tidak valid.
3.2. Split Horizon
Fitur route poisoning tidak seluruhnya dapat mengatasi kondisi looping. Pada kasus di atas, ketika suatu router memberitahukan suatu rute yang gagal dengan metrik yang sangat besar, router neighbor kemungkinan tidak langsung mendapat pemberitahuan ini. Jika router neighbor kemudian memberitahu rute yang tidak valid tersebut ke router pertama (yang memberitahukan kegagalan hubungan) bahwa rute tersebut dapat dicapai dari dirinya dengan metrik yang jauh lebih baik, maka kondisi di atas dapat terjadi lagi.
Split horison mengatasi masalah ini dengan memberikan aturan bahwa suatu router yang mendapat pemberitahuan update informasi melalui interface x, tidak akan mengirimkan pemberitahuan yang sama ke interface x pula.
3.3. Split Horizon with Poison Reverse
Split horizon with poison reserve merupakan varian dari split horizon. Pada kondisi stabil, router bekerja dengan fitur split horison. Tetapi ketika suatu rute gagal, router neighbor yang mendapat informasi ini akan mengabaikan aturan split horizon, dan kemudian mengirimkan kembali informasi tersebut ke router pertama dengan metrik yang sangat besar pula. Metode ini dapat memastikan bahwa seluruh router mendapat informasi yang benar mengenai kondisi rute tersebut.
3.4. Hold-Down Timer
Kondisi looping masih tetap terjadi pada jaringan redundant (jaringan dengan lebih dari satu jalur) walaupun fitur split horizon telah diaktifkan. Hal ini dimungkinkan karena suatu router dalam jaringan dapat memperoleh informasi mengenai rute yang sama melalui lebih dari satu jalur dan router. Oleh karenanya ketika suatu rute diinformasikan tidak valid oleh router bersangkutan, maka router neighbor pada saat yang sama juga mungkin mendapat informasi dari router lain dengan metrik yang masih dapat dijangkau. Informasi rute valid ini (poison) kemudian disampaikan ke router pertama, sehingga kondisi looping akan terjadi.
Hold-Down Timer mengatasi masalah ini dengan memberikan aturan bahwa ketika suatu router yang mendapat pemberitahuan suatu rute tidak valid, router tersebut akan mengabaikan informasi rute-rute alternatif ke subnet bersangkutan pada suatu waktu tertentu (hold-down timer).
Protokol distance vektor biasanya mengirimkan update secara reguler berdasarkan interval waktu tertentu. Oleh karenanya banyak masalah looping terjadi sesaat setelah suatu rute tidak valid. Hal ini disebabkan karena beberapa router tidak segera mendapat informasi ini.
Beberapa router mengatasi masalah ini dengan menggunakan fitur triggered update atau flash update, dimana router akan segera mengirim pemberitahuan update baru sesaat setelah suatu rute tidak valid. Dengan demikian informasi perubahan status rute dapat segera di-forward-kan secara lebih cepat, sehingga pengaktifan hold-down timer di sisi router neighbor juga lebih cepat.
4. RIP dan IGRP
RIP (Routing Information Protocol) dan IGRP (Interior Gateway Routing Protocol) merupakan dua standar protokol routing berbasis distance vector routing protocol. RIP dan IGRP memiliki banyak kesamaan secara logik. Beberapa perbedaan penting dari kedua protokol routing ini diperlihatkan pada tabel berikut ini:
IGRP Metric memberikan penghitungan yang lebih baik mengenai seberapa baik rute-rute yang ada dibandingkan RIP metric. IGRP metric dihitung menggunakan pengukuran bandwidth dan delay pada interface dimana informasi update diterima. Hal ini akan memberikan arti yang lebih baik dibandingkan metrik berdasarkan hop count.
RIP menggunakan penghitungan hop untuk besaran metriknya. Ketika informasi update diterima, metrik dari setiap subnet dalam informasi update merupakan jumlah router yang dilalui oleh informasi antara router penerima dengan setiap subnet. Hal ini dapat dilakukan karena sebelum mengirim informasi update, router akan menambah satu nilai metrinya untuk setiap subnet.
One response to “STATIC ROUTE, RIP DAN IGRP”
makasih info dari artikelnya gan
moga ilmunya bermanfaat
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Leave a reply